Anak Siap untuk Sekolah? Ini Ciri-Cirinya

Percakapan A
“Bu, bisa enggak nambah jam untuk les baca Aim? Rencana besok mau saya masukkan ke SD.”
“Gimana ya, kalo belum bisa baca? Di rumah diajari susah banget.”
Pinta seorang wali murid beberapa waktu yang lalu ke saya. (Sebagai info saya seorang guru Taman kanak-kanak ya …. 😊
Permintaan-permintaan senada sangat sering mampir ke telinga saya dan teman-teman sejawat. Tidak bisa dipungkiri, membaca memang keterampilan yang sangat penting. Tapi, apakah kemampuan membaca merupakan indikator terpenting (paling wahid) yang menunjukkan ananda sudah siap belajar di SD?
Ada juga wali yang ingin memasukkan anaknya ke SD dengan usia yang dibilang banyak orang masih terlalu muda. Seperti kutipan percakapan di bawah. (Percakapan hanya rekaan yang diambil penulis dari hasil pengamatan/pengalaman selama menjadi guru)
Percakapan B
“Bu, nanti Nia lanjut ke SD atau mengulang di TK B?” Tanya bu Broto, salah satu wali murid di TK Mekar.
“Rencana sih, akan saya masukkan ke SD. Usianya sudah 5,5 tahun. Dulu kakaknya masuk SD juga umur segitu,” jawab bu Joko, ibunya Nia.
“Usia 5,5 tahun masuk ke SD. Apa nggak terlalu muda tuh?” komentar wali murid lainnya.
Hemm … jadi, apa sih, ciri-ciri yang menunjukkan anak sudah siap masuk SD? Kemampuan baca tulis atau usia? Atau kemampuan lainnya? Kita baca ulasannya di bawah yuk.
Usia berapa masuk SD?
Baiklah, pertama mari kita tengok dari segi usia. Dan, apa sih, dampak bersekolah (Sekolah Dasar) jika belum cukup umur?
Menurut Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPDB pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK pasal 4 ayat 1 menyebutkan bahwa calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD harus memenuhi persyaratan usia: a) 7 (tujuh) tahun; atau b) paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Pada ayat 2 disebutkan bahwa prioritas diberikan kepada calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun. Selanjutnya, pada ayat 3 dijelaskan bahwa persyaratan usia paling rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikecualikan menjadi paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan bagi calon peserta didik yang memiliki: a. Kecerdasan dan/atau bakat istimewa; dan, b. Kesiapan psikis. Berikutnya, pada ayat 4 dan 5 memberikan penjelasan untuk ayat 3, tentang persyaratan usia paling rendah harus dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Jika tidak tersedia, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru sekolah yang bersangkutan.
Nah, sudah jelas kan, tentang usia yang diperbolehkan masuk SD. Bagaimana dengan kasus anaknya bu Joko (pada percakapan di atas) yang berusia 5,5 tahun? Seperti penjabaran pada permendikbud, diperbolehkan asalkan memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis. Anak saya usia 5,5 tahun sangat cerdas kok. Sudah lancar baca, bisa berhitung hingga ratusan, dan bisa mengerjakan operasi penjumlahan sampai puluhan. Tapi masih nangis kalo berpisah dengan orang tua, masih harus dibantu ketika ke toilet, dan sulit berteman. Ho-ho-ho … sabar ya, Bunda. Tunggu sampai psikisnya matang.
Trus, bagaimana dampaknya untuk anak yang masih terlalu muda sudah masuk SD? Apakah akan memberikan dampak baik atau malah berdampak buruk?
Banyak hal yang menentukan apakah menyekolahkan anak terlalu muda berdampak baik atau buruk. Pertama, respon anak terhadap sekolah. Jika respon anak positif terhadap sekolah hasilnya tentu akan lebih baik bila dibandingkan dengan anak yang merespon negatif. Kedua, kecerdasan anak. Anak yang sangat cerdas (misalnya punya IQ lebih tinggi dari 130) akan mampu bersaing dengan anak-anak yang usianya lebih tinggi. Namun, jika anak hanya memiliki IQ standard (90-110) lebih baik masuk kelas yang setara usianya. Kecerdasan tidak hanya tentang IQ (kognitif) semata, tetapi ada juga kecerdasan sosial emosional. Semakin baik kemampuan sosial emosional anak akan lebih mudah beradaptasi pada kelas yang lebih tinggi dari pada anak yang masih ngambekan, mudah marah, nangis, takut ditinggal ibu dll.
Pada kasus anak yang belum siap masuk sekolah namun dipaksa masuk sekolah. Kemungkinan besar akan memberikan respon negatif terhadap sekolah. Akibatnya anak akan malas ke sekolah atau bahkan menolak sekolah. Sebaliknya, jika di usia tersebut anak sudah cukup matang, efeknya akan positif. Anak akan terpacu belajar dan kemampuannya semakin terasah.
Untuk melihat apakah anak benar-benar sudah siap sekolah di usia yang terlalu muda (misal 5,5 tahun), lebih baik datang ke psikolog yang berkompeten ya.
Baca juga: Mencetak Generasi Pembaca Sepanjang Hayat dengan Metode Read Aloud
Wajib Bisa Calistung Ketika Masuk SD?
Isu berikutnya dan selalu menjadi dilema masyarakat kita. Apakah ketika masuk SD anak harus sudah bisa calistung (baca, tulis, hitung)?

Dalam Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, tercantum satu-satunya syarat calon peserta didik kelas 1 SD adalah memenuhi persyaratan usia seperti yang telah saya jelaskan pada poin di atas. Tidak menyinggung sedikit pun tentang syarat harus bisa calistung.
Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak (PA), Seto Mulyadi, juga berpendapat bahwa untuk tes masuk SD sebaiknya difokuskan pada kesiapan siswa bersekolah, bukan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung).
So, sebenarnya masuk SD tidak boleh mensyaratkan anak harus sudah bisa calistung. Namun, kenyataan di lapangan banyak SD-SD yang salah satu tes masuknya anak diminta baca, tulis, dan hitung. Tentu saja sekolah-sekolah ini ingin menyaring bibit unggul yang masuk ke sekolah mereka. Lagi pula pelajaran anak kelas 1 SD sekarang sudah sangat sulit (jauh berbeda dengan zaman saya dulu). Inget banget ketika saya kelas 1 SD baru diajari membaca (Ini ibu Budi dst). Generasi 80-an pasti tahu pelajaran membaca legendaris ini 😁. Sedangkan pelajaran anak SD sekarang menuntut anak sudah bisa membaca lancar.
Maraknya tes calistung ketika masuk SD membuat banyak orang tua yang menginginkan anaknya sudah bisa membaca lancar saat lulus TK (seperti pada kasus percakapan A di atas). Padahal menurut Ki Hajar Dewantara, dalam pendidikan Taman Indria atau TK sebenarnya yang ditekankan adalah olah fisik. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa mendidik anak kecil itu bukan atau belum memberi pengetahuan akan tetapi baru berusaha akan sempurnanya rasa pikiran. Adapun segala tenaga dan tingkah laku itu sebenarnya besar pengaruhnya bagi hidup batin. Sebaliknya hidup batin itu juga berpengaruh besar atas tingkah laku lahir. Jalan perantara didikan lahir ke dalam batin yakni melalui panca indera. Latihan panca indera (olah fisik) merupakan pekerjaan lahir untuk mendidik batin (pikiran, rasa, kemauan,dll).
Ketimpangan dan adanya jurang yang dalam antara kurikulum TK dengan kurikulum SD ini sebenarnya adalah PR besar bagi seluruh pemangku kebijakan dan stake holder pendidikan di negeri ini.
Semoga keresahan-keresahan para guru dan orang tua ini dapat segera teratasi dengan adanya kesadaraan dari berbagai pihak dalam bidang pendidikan untuk memperbaikinya.
Baca juga: Kenali Tahap Menulis Anak, Cara Menstimulasi dan Manfaatnya
Ciri Anak Siap Sekolah
Mengapa, sih, kesiapan sekolah itu penting? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesiapan? Apa saja ciri-ciri anak yang siap bersekolah?
Menurut Deviana, kesiapan sekolah merupakan beberapa kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki anak agar anak dapat berhasil beradaptasi dengan perubahan struktur belajar. Sehingga anak mampu mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah.
Selain itu, kesiapan juga diartikan seluruh kondisi yang cukup dan bersifat multidimensi baik meliputi kondisi fisik, mental, kognitif, sosial-emosional serta keterampilan-keterampilan yang dimiliki anak di Taman Kanak-Kanak sebagai bekal untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Kesiapan antar anak yang satu dengan yang lain itu berbeda, sebab setiap anak memiliki pengalaman yang berbeda pula. Semakin berkualitas pengalaman-pengalaman di masa lalunya, anak akan memiliki kesiapan yang jauh lebih baik.
Menurut Dr. Trully Kusumawardhani Triyanto, Sp. A kesiapan anak untuk masuk Sekolah Dasar tidak bisa hanya ditilik dari sisi umur biologis semata. Melainkan harus dilihat dari semua aspek kesiapan perkembangan anak. Meliputi perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan literasi/numerasi.

Berikut ciri-ciri anak siap masuk sekolah menurut Dr. Trully Kusumawardhani Triyanti, Sp.A.
Kemampuan Motorik Kasar
Anak mampu berjalan di garis lurus, berdiri dengan satu kaki, berlari, naik turun tangga sendiri, melompat jauh, dan mendarat dengan dua kaki bersamaan, melempar, menendang, dan menangkap bola, dapat mengayuh sepeda roda tiga.
Kemampuan Morotik Halus
Mampu memegang pensil dengan baik (posisi tripod), dapat menggambar bentuk dasar seperti lingkaran, kotak dan segi tiga, dapat menggunting pola bentuk dasar, bermain menyusun balok 3 dimensi, mampu melepas dan memasang kancing pada baju, memakai kaos kaki dan sepatu, serta makan dan minum sendiri.
Kemampuan Kognitif
Meliputi: kemampuan menjelaskan persamaan dan perbedaan suatu benda, dapat mengelompokkan benda sesuai dengan klasifikasi sederhana, menyelesaikan puzzle sederhana (5-6 keping), dapat memahami pola berurutan dari deret bentuk atau warna, mengenal bentuk dan warna.
Kemampuan Sosial Emosional
Misalnya mengetahui nama, umur dan jenis kelamis, paham dan bisa mengantri, dapat bermain bersama dan berbagi, memulai pembicaraan dan permainan, bisa berpisah dari orang tua tanpa menangis, mampu bertahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, dapat mengungkapkan dan mengontrol emosi, sudah dapat mandiri saat buang air kecil dan air besar, dapat menumpukan perhatian dan meminta pertolongan kepada orang dewasa saat membutuhkan.
Kemampuan Bahasa
Meliputi kemampuan bahasa reseptif maupun bahasa ekspresif. Diantaranya: memahami dan mengikuti dua instruksi bersamaan, memahami konsep dasar seperti arah, preposisi, ukuran, perbandingan. Kemampuan bahasa ekspresif meliputi: dapat membuat kalimat lengkap, artikulasinya jelas, dapat menceritakan kembali dengan urutan yang logis, dapat membuat kalimat berisi 10 kata atau lebih.
Syarat paling akhir yakni kemampuan literasi atau kecakapan menulis dan membaca serta berhitung. Ini merupakan syarat terakhir, karena dengan terpenuhinya kemampuan-kemampuan di atas yakni motorik, sosial emosional, kognitif, dan bahasa, maka kemampuan literasi akan berkembang dan lebih mudah dipelajari seorang anak.
Baca juga: Bagaimana Cara Memegang Pensil yang Paling Efisien? Yuk, Kenali Tahapan Memegang Pensil pada Anak
Senada dengan pendapat di atas, menurut Puji Lestari Prianto, M.Psi., penulis buku Kesiapan Anak Bersekolah yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional,ciri-ciri anak siap sekolah antara lain:
- Dari perkembangan fisik: anak dapat berjalan di atas papan titian. Anak dapat memegang pensil dengan benar (posisi tripod), anak dapat memusatkan pandangannya pada benda-benda kecil (misal: anak dapat mengancingkan baju sendiri, menyusun balok-balok, atau memasukkan balok sesuai bentuknya).
- Dalam menggambar, anak dapat membuat coretan yang bermakna.
- Ketergantungan pada ibu-ayah atau orang dewasa lain mulai berkurang. Anak mulai mandiri dan menunjukkan rasa tanggung jawabnya. Contoh: anak bisa makan sendiri, membereskan mainan sendiri, bisa membersihkan diri setelah BAK/BAB.
- Anak sangat menyukai kegiatan yang dipilih sendiri dan ia sangat menikmatinya.
- Anak mulai bisa lebih berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal.
- Anak dapat berbagi dan bermain bersama-sama dengan temannya.
- Anak senang berbicara, pertanyaan anak juga sudah rumit. Pertanyaan yang diajukan tidak lagi menggunakan kata tanya “apa”, tetapi sudah berkembang menjadi “mengapa”.
Nah, sudah jelas kan? Ternyata usia dan kemampuan calistung bukan menjadi tolak ukur utama untuk melihat kesiapan anak bersekolah. Perhatikan juga ciri-ciri lainnya, supaya kita tahu bahwa anak kita sudah benar-benar siap untuk sekolah. Karena anak-anak yang telah siap untuk sekolah memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kesuksesan sepanjang hidupnya.
Setuju sekali mbak sama tulisannya… Terima kasih sudah membuat tulisan yang begitu lengkap
Tulisannya lengkap sekali. Setiap anak punya kesiapan masing2 juga ya. Seperti disampaimab diatas. Kebetulan semester depan anakku jg mau masuk SD. Orangtua lain udah pamer anaknya udah bisa baca lancar bisa baca iqro lancar. Sedangkan anakku masih pelan banget perkembangan membacanha. Tp suamiku selalu bilang nggak papa, toh dia bagus saat bercerita, menari, menyanyi dan lainnya. Kalau semua bisa barengan jenius banget anak kita.
Memang sih adik saya dulu yg paling kecil masuk TK waktu umur 4.5 dan SD diumur 5.5. Dan dia hebat bisa mengikuti pelajaran.
Semoga semua orang tua dan guru sadar akan kesiapan anak sebelum memutuskan menyekolahkan mereka ya.. Biar anak bisa belajar dengan nyaman
Kalau di zaman corona ini butuh perjuangan orang tua agar anak bisa menjadi lebih aktif, apalagi untuk baca dan nulis. Bda dengan dulu.
Peraturan yang masih bertolak belakang dengan realita di lapangan… tulisannya sangat mengedukasi sekali. Semoga makin banyak orang tua yang tahu tentang hal ini…
Baca ini jadi ingat saat masuk SD dulu sering nangis ketika ditinggal di sekolah ehehehe…. Dulu masuk SD pas 6 tahun. Pelajaran SD kelas 1 masih gampang gampang, belajar Alfabet, angka 1-10, mengenal yang, dll
Wah aku setuju banget sama hampir semua tulisan ini. Soalnya aku lebih memikirkan ke psikis, kalau belum siap nanti kan bakal susah bersosialisasi. Lagian kenapa ya pada nentuin harus bisa calistung kalo mau masuk SD :”)
Wah, setuju banget dengan semua ulasan ini. Jadi catatan nih buat aku untuk si kecil
Lengkap banget. Terima kasih sharingnya, Kak. Berguna banget buat bekal besok kalau udah dipercaya punya bocil. Hehe.
Iya mbak, calistung bukan jadi tolak ukur awal anak masuk sekolah. Kalo mengutip kata mbak Vidya, anak akan bisa kemampuan itu jika sudah mencapai usia perkembangannya. Tentu saja jika anak tidak mengalami gangguan perkembangan atau punya masalah lain.
Btw, aku tim yg pro anak masuk SD di usia 7 tahun. Karena menurutku, secara kognitif sangat mungkin mereka mampu apalagi kalau termasuk anak cerdas, tapi kondisi psikologisnya yg kadang belum siap.
Jadi Ingat waktu masa masuk SD dulu, yg penting tangan udah nyampe kuping dianggap sudah bisa masuk sekolah.🤭 ternyata banyak sekali yang harus di perhatikan.. Trims ulasannya bu, bahan pencerahan bagi orang tua.
gemeess yaa sm sekolahan yg punya syarat harus bisa calistung 😌 sepakat sekali tulisannya mba, sangat mencerahkan terutama mengenai batas umur sekolah. Kebetulan anak pertama lahir Juni, jadi ditengah gitu kan, dan jadi deg-degan duh nanti masuk sekolah kelewat batas nih hehe alhamdulillah ternyata gak gitu
Sebelum Sd harus bisa Calistung dari zaman sya dulu uda ada kak. Tapi zaman sya sih Alhamdulillah mulai TK uda bisa membaca. Eh ternyata berhitungnya yg masih bingung hihihi.
Setuju.. Kenyataan yg kita hadapi seperti itu..
Untuk anak2 yang lahir di bulan tanggung, aku lebih memilih agak telat masukin sd daripada kecepetan.
Bener banget. Kecerdasan itu ada macam-macam ya Bu. Penting juga bagi orang tua untuk merangsang atau melatih kecerdasan / kemampuan anak sedari dini.
Halo bu guru😍
Bener banget, pertanyaan seperti di atas pasti sering bgt terlontar ke guru TK ya. Ke guru SD/MI aja sering banget ku denger. Untungnya di tempatku sekarang sudah konsisten menerapkan peraturan usia mininal masuk SD 6 tahun. Hhh
Berrti gak harus yah bisa calistung bru bisa masuk SD, tp aq heran kenapa di kampungku kayak ngeharusin anak bsa baca nulis sebelum masuk sd
Sayangnya mayoritas masih menerapkan calistung wajib diajarkan di TK agar di SD bisa calistung. Perlunya melihat kembali praktik ini di sekolah ya Mbak? Tapi kenyataan begitu. Dulu anakku waktu TK B sudah belajar baca tapi belum lancar, akhirnya saya yang bertugas melancarkan bacaannya dengan mengulang-ulang membaca buku anak usia 0-3 tahun. Alhamdulillah bisa Mbak.
Alhamdulilah, Lubna dulu ngikut aja waktu Ustazah TKIT memberi saran, masuk ke SDIT sebaiknya minimal umur 7 tahun.
Itu aja baru 2 minggu sekolah SD dia sudah protes, “Aku stres, Bu. Masak sih kita gak boleh makan dan minum pas pelajaran kayak di TK dulu?” wkwkwkwk… Ibunya terbahak-bahak denger pertanyaannya.
Anakku termasuk yg mengulang TK B. Demi mengejar masuk SD RSBI yg jaman dahoeloe masih the best dan hrs masuk usia 7 tahun. Thanks ulasannya ya bun
Ternyata Calistung jadi salah satu syarat juga buat masuk SD, ya. Anakku tinggal belajar membaca saja, mudah-mudahan pas masuk SD sudah mulai lancar. Soal materi SS ini, Lihat keponakan yang masih SD, materinya emang jauh banget waktu aku sekolah dulu. Zaman emang udah berkembang banget.
Artikelnya lengkap banget nih, Mbak. Setuju banget memang kematangan sosial emosional juga penting banget untuk kesiapan masuk sekolah. Tapi memang zaman sekarang, malah calistung yang lebih diutamakan ketika akan masuk SD, ya. Makasih banyak Mbak, tulisannya sangat mencerahkan.
Anakku masih lama sih mbak masuk ke SD. Tapi, jujurly, aku pingin banget masukin dia ke PG/TK. Cuma ya itu, masih terlalu kecil.
Ini pemicunya pandemik sih. Anakku jadi kaya kurang bersosialisasi. Harapannya sih, kalau disekolahin bisa ngejar itu. Tapi ya itu emang harus lihat kesiapan anak juga ya..
setuju mbak, kemarin saya juga membahas ini dengan calon guru SD anak saya. kebetulan sekolahnya berbasis sentra, beliau menyampaikan usia anak bisa sama tapi usia kemampuannya bisa berbeda. oleh sebba itu baik orang tua maupun guru memang harus peka terhadap perkembangan masing2 anak
kalau lihat syarat anak masuk SD dan pelajaran SD bener bener bikin saya sedih mbaa…makanya anak skrang gampang marah marah dan strss karena masih kecil beban hidup terlalu banyaaakkk..
Usia anak untuk masuk sekolah itu memang penting banget ya, mba. Kalau bisa sesuai aturan aja. Ketika psikis anak memang siap masuk SD. Dan, ini harus ada edukasi juga ke orang tua.